Posted by: djarotpurbadi | February 10, 2009

Melasti Jadi Ajang Introspeksi Diri

Laut Memiliki Kekuatan Melebur Mala dan Noda

Kompas.com: Selasa, 4 Maret 2008 | 15:32 WIB

Bantul, Kompas – Ritual Melasti dari segi ritual memang tidak ada bedanya dari tahun-tahun sebelumnya. Namun, makna perayaan Melasti tahun ini lebih terasa khidmat karena introspeksi diri benar-benar ditekankan, mengingat banyaknya musibah dan bencana alam yang melanda negeri ini. Semuanya harus kita bersihkan, baik pribadi kita atau mikrokosmos dan alam semesta ini atau makrokosmos dari segala angkara murka dan sifat tidak baik lainnya. Lewat acara Melasti ini, kami juga membersihkan semua sarana dan prasarana yang digunakan untuk merayakan hari Nyepi nanti, kata Ketua Perisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) DIY Ida Bagus Agung, di sela-sela acara Melasti di Pantai Parangkusumo, Bantul, Senin (3/3).

Upacara Melasti dilakukan sebagai penyucian diri umat Hindu menghadapi Hari Raya Nyepi pada 7 Maret 2008 nanti. Menurut Agung, introspeksi diri bisa mengarahkan kehidupan seseorang menjadi lebih baik. Sayangnya, masyarakat masih jarang melakukannya. Lewat introspeksi diri, kita bisa menyadari segala kesalahan dan kekurangan kita masing-masing. Bila sudah tahu, maka ada niat untuk berubah. Introspeksi juga membuat kita lebih arif dalam menyikapi setiap bencana, tuturnya. Penyucian Pantai menjadi lokasi untuk perayaan Melasti karena di lautlah semuanya menjadi bersih. Sebagai simbol, kalangan umat Hindu yang berasal dari DIY dan sekitarnya melarungkan sejumlah sesaji. Di laut kita buang semua kejelekan kita dan kita pulang sudah membawa air suci.

Bagi kami, laut memiliki kekuatan untuk meleburkan mala atau noda, ucapnya. Melasti adalah rangkaian kegiatan pertama untuk menyambut Tahun Baru Saka 1930. Acara ini akan disusul dengan Tawur Kesanga di Candi Prambanan. Seluruh upacara dilaksanakan sebagai langkah bagi umat Hindu untuk membersihkan diri dari segala kekotoran, agar mereka jauh dari bencana dan pengaruh buruk. Mereka berharap, dengan kesucian jiwa yang baru dapat menjalankan brata panyepian (melaksanakan Nyepi) dan kelak dapat hidup selaras dengan alam semesta. Tak hanya dihadiri umat Hindu asal Bali, Melasti di Parangkusumo juga dihadiri umat Hindu Jawa. Mereka memakai pakaian adat masing- masing. Namun, ada juga orang Jawa yang sengaja menggunakan pakaian adat Bali. Saya pakai pakaian adat Bali karena lebih terasa kekhasan Hindu-nya, kata Atmo, umat Hindu dari Klaten. Atmo sengaja datang ke Parangkusumo untuk mengikuti acara introspeksi diri secara khidmat. Selain itu, ia juga bisa bersilaturahmi dengan umat Hindu lainnya. Menurut data PHDI DIY, jumlah umat Hindu di DIY berkisar 15.000-16.000. (ENY)


Leave a comment

Categories